Biodata
Nama Lengkap : Rahmawati Utami
NIM :
2015.01.127
Prodi :
IV PAI B
TTL : Simpang Kijang,20 Maret 1997
Alamat : Simpang Kijang,Kec.Kayuagung, Kab. OKI
Kesan selama di STITQI:
-
mendapat berbagai macam ilmu tentang keagamaan
- belajar kemandirian
- cara beretika & akhlak yang baik
-
mengamalkan ilmu yg kita dapat kepada
seluruh orang yang membutuhkannya
- dan terima
kasih atas Dosen yang mengajar/memberi ilmu kepada kita
Harapan STITQI ke depan:
-semoga di masa yang akan datang STITQI menjadi lebih baik,menjadi
orang yang bermanfaat bagi semua orang dan menjadi orang sukses
-mengamalkan
apa yang kita dapat selama berada di stitqi
Opini
tentang maraknya Hoax di dunia maya:
Maraknya informasi atau berita hoax (tidak benar) beredar di
internet maupun dunia maya yang menjadi masalah besar bagi masyarakat
Indonesia.
Olehnya itu upaya pencegahannya Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI
Agus Surya Bakti melalui program unggulan Kodam VII Wirabuana lebih
mengedepankan konten bela negara dengan serbuan teritorial di dunia maya.
“Yang pertama adalah serbuan teritorial dengan mengedepankan
konten bela negara, maka kita lakukan konsepnya adalah mensosialisasikan
pembelaan negara di dunia maya,” ujarnya saat ditemui Makodam VII Wirabuana,
Jum’at (10/2/2017).
Dikatakannya bahwa ada sebuah riset khusus menggunakan sebuah
jaringan yang ada untuk menangkal konten negatif berbaur provokasi di dunia
maya dengan menggunakan narasi, gambar dan tulisan dengan lebih banyak konten
positif.
“Konten-konten di dunia maya itu harus diimbangi bahkan konten
negatif yang memecah belah merusak kebhinekaan yang membawa agama kita halau
dengan konten bela negara di dunia maya,” kata Agus SB.
Ia pun juga menambahkan bahwa mensinergikan antara jaringan
intelijen dan jaringan teritorial agar mendeteksi secara dini dari ancaman
negatif.
“Jangan sampai ada muncul pergerakan atau sebuah paham yang
tidak termonitor, dengan mempersatukan keduanya untuk memperlebar agar bisa
mendeteksi secara dini dari adanya ancaman di wilayah terutama perkembangan
komunisme, masyarakat tenaga kerja asing dan paham radikal maupun terorisme,”
jelasnya.
Sementara itu, ia akan menyuruh pihaknya untuk mengecek jaringan
tersebut dan melatih untuk memperbanyak jaringan teritorial intelijen dengan
merekrut semua gabungan pemuda yang ada di Indonesia.
“Nanti akan kita cek, lalu kita tambahkan dengan melatih
gabungan anak muda kota untuk direkrut dalam jaringan intelijen dan teritorial
demi membentuk sebuah warna yang positif di dunia maya, kalau orang selalu
memberikan narasi negatif kita akan meminimal kan dengan narasi yang positif
dengan kembali mengingatkan tentang kebhinekaan,cinta tanah air, wawasan
kebangsaan dan lain-lain,” tukasnya.
Rudiantara mengatakan, hoax akan selalu ada mewarnai pemberitaan yang
dilakukan media massa. Apalagi bila di suatu negara sedang melakukan kegiatan
politik atau demokrasi seperti yang saat ini terjadi di Pilgub DKI Jakarta.
Namun, tanpa Pilkada pun hoax tetap ada di tengah-tengah kehidupan
masyarakat Indonesia. Kondisi ini juga terjadi di negara-negara di dunia. Hoax tak dapat dihindari karena selalu ada.
Menurut Rudiantara, untuk
menangkal hoax perlu
peran pers yakni dengan menyajikan pemberitaan yang benar, sesuai fakta, dan
berimbang. Keberadaan UU yang komprehensif mengatur perilaku di dunia maya juga
dianggap sangat mendesak, mengingat saat ini negara dinilai tak berdaya
mengatasi maraknya hoax.
KUHP dan UU ITE belum mampu menyasar produsen sekaligus penyebar berita palsu.
Dr Coker
mengatakan saat sebuah pesan dikirimkan dengan mengatasnamakan sebuah
perusahaan, biasanya orang-orang sudah bisa bersikap skeptis. Tapi saat
diunggah ke halaman Facebook, kemungkinan besar orang-orang malah menjadi
percaya.
Diungkapkan
oleh Kesubdit IT dan Cyber Crime Bareskrim Polri Kombes Pol Himawan Bayu Aji,
masyarakat harus meneliti kebenaran berita sebelum mencernanya.
"Akhir-akhir
ini memang banyak di media sosial, hal-hal yang berkaitan dengan berita yang
perlu diteliti betul akurasi kebenarannya, kita sebut dengan hoax,"
kata Himawan saat ditemui usai menjadi pembicara di acara Indonesia
Internet Expo and Summit yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Himawan
mengatakan, sejauh ini Subdit Cyber Crime mengetahui ada beberapa cara
penyebaran berita hoax di internet.
"Pertama
kita sebut sebagai buzzer. Buzzer itu awalnya
adalah kegiatan positif untuk mempublikasikan dan memberitakan hal-hal positif
tentang sebuah kegiatan. Namun selama perkembangannya banyak digunakan untuk
menyebarkan hal-hal negatif, bahkan berita hoax," kata
Himawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar