Rabu, 03 Mei 2017

Biodata
Nama Lengkap          : Rahmawati Utami
NIM                            : 2015.01.127
Prodi                           : IV PAI B
TTL                            : Simpang Kijang,20 Maret 1997
Alamat                        : Simpang Kijang,Kec.Kayuagung, Kab. OKI

Kesan selama di STITQI:
 - mendapat berbagai macam ilmu tentang keagamaan
- belajar kemandirian
- cara beretika & akhlak yang baik
- mengamalkan ilmu yg kita dapat  kepada seluruh orang yang membutuhkannya
- dan terima kasih atas Dosen yang mengajar/memberi ilmu kepada kita

 Harapan STITQI ke depan:
-semoga di masa yang akan datang STITQI menjadi lebih baik,menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang dan menjadi orang sukses
-mengamalkan apa yang kita dapat selama berada di stitqi

Opini tentang maraknya Hoax di dunia maya:
Maraknya informasi atau berita hoax (tidak benar) beredar di internet maupun dunia maya yang menjadi masalah besar bagi masyarakat Indonesia.
Olehnya itu upaya pencegahannya Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti melalui program unggulan Kodam VII Wirabuana lebih mengedepankan konten bela negara dengan serbuan teritorial di dunia maya.
“Yang pertama adalah serbuan teritorial dengan mengedepankan konten bela negara, maka kita lakukan konsepnya adalah mensosialisasikan pembelaan negara di dunia maya,” ujarnya saat ditemui Makodam VII Wirabuana, Jum’at (10/2/2017).
Dikatakannya bahwa ada sebuah riset khusus menggunakan sebuah jaringan yang ada untuk menangkal konten negatif berbaur provokasi di dunia maya dengan menggunakan narasi, gambar dan tulisan dengan lebih banyak konten positif.
“Konten-konten di dunia maya itu harus diimbangi bahkan konten negatif yang memecah belah merusak kebhinekaan yang membawa agama kita halau dengan konten bela negara di dunia maya,” kata Agus SB.
Ia pun juga menambahkan bahwa mensinergikan antara jaringan intelijen dan jaringan teritorial agar mendeteksi secara dini dari ancaman negatif.
“Jangan sampai ada muncul pergerakan atau sebuah paham yang tidak termonitor, dengan mempersatukan keduanya untuk memperlebar agar bisa mendeteksi secara dini dari adanya ancaman di wilayah terutama perkembangan komunisme, masyarakat tenaga kerja asing dan paham radikal maupun terorisme,” jelasnya.
Sementara itu, ia akan menyuruh pihaknya untuk mengecek jaringan tersebut dan melatih untuk memperbanyak jaringan teritorial intelijen dengan merekrut semua gabungan pemuda yang ada di Indonesia.
“Nanti akan kita cek, lalu kita tambahkan dengan melatih gabungan anak muda kota untuk direkrut dalam jaringan intelijen dan teritorial demi membentuk sebuah warna yang positif di dunia maya, kalau orang selalu memberikan narasi negatif kita akan meminimal kan dengan narasi yang positif dengan kembali mengingatkan tentang kebhinekaan,cinta tanah air, wawasan kebangsaan dan lain-lain,” tukasnya.
Rudiantara mengatakan, hoax akan selalu ada mewarnai pemberitaan yang dilakukan media massa. Apalagi bila di suatu negara sedang melakukan kegiatan politik atau demokrasi seperti yang saat ini terjadi di Pilgub DKI Jakarta. Namun, tanpa Pilkada pun hoax tetap ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini juga terjadi di negara-negara di dunia. Hoax tak dapat dihindari karena selalu ada.
Menurut Rudiantara, untuk menangkal hoax perlu peran pers yakni dengan menyajikan pemberitaan yang benar, sesuai fakta, dan berimbang. Keberadaan UU yang komprehensif mengatur perilaku di dunia maya juga dianggap sangat mendesak, mengingat saat ini negara dinilai tak berdaya mengatasi maraknya hoax. KUHP dan UU ITE belum mampu menyasar produsen sekaligus penyebar berita palsu.
Dr Coker mengatakan saat sebuah pesan dikirimkan dengan mengatasnamakan sebuah perusahaan, biasanya orang-orang sudah bisa bersikap skeptis. Tapi saat diunggah ke halaman Facebook, kemungkinan besar orang-orang malah menjadi percaya.
Diungkapkan oleh Kesubdit IT dan Cyber Crime Bareskrim Polri Kombes Pol Himawan Bayu Aji, masyarakat harus meneliti kebenaran berita sebelum mencernanya.
"Akhir-akhir ini memang banyak di media sosial, hal-hal yang berkaitan dengan berita yang perlu diteliti betul akurasi kebenarannya, kita sebut dengan hoax," kata Himawan saat ditemui usai menjadi pembicara di acara Indonesia Internet Expo and Summit yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Himawan mengatakan, sejauh ini Subdit Cyber Crime mengetahui ada beberapa cara penyebaran berita hoax di internet.
"Pertama kita sebut sebagai buzzerBuzzer itu awalnya adalah kegiatan positif untuk mempublikasikan dan memberitakan hal-hal positif tentang sebuah kegiatan. Namun selama perkembangannya banyak digunakan untuk menyebarkan hal-hal negatif, bahkan berita hoax," kata Himawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar